Rabu, 20 Januari 2010

Menunggu di Sini




Setengah satu lewat. Saat tanganmu menggeliat, menggapai dunia mimpi hitam putih. Ataukah berwarna ? Ingat, waktu itu kita pernah berdebat mengenai ini di bawah sonokeling kampus. Mimpi itu hitam putih, katamu. Tidak, mimpi itu berwarna, bantahku. Nyatanya saat bermimpi kita lupa untuk memastikan itu.
Kini aku di sini, berdiri di tepi mimpimu. Pepohonan berbatang hitam, dedaunan menguning, langit sewarna timah, tanah tertutup rumput basah dan kau berdiri menghadap barat. Matahari gelisah membujuk senja supaya lekas tiba. Burung-burung terbang rendah berkicau meriah. Kau diam kebingungan, mengenali lingkungan yang asing ini. Taukah kau, aku sering menantimu di sini. Sendiri. Berkali-kali.
Matamu belum menemukan sosokku. Perlahan kuberjalan menujumu dari arah belakang punggungmu. Mungkin kau akan terkejut melihatku, mungkin juga biasa saja. Siapa yang benar-benar tahu isi hatimu. Siapa yang benar-benar bisa menduga yang sesungguhnya. Selamanya kau selalu menjadi teka-teki yang enggan kuselesaikan. Segalanya kadang indah saat menjadi misteri. Dengan begitu aku puas merasai sensasi setiap kali bertanya-tanya tentangmu.
“Dini…”
Kau menyebut namaku selembut desau angin. Matamu membelalak saat menyadari keberadaanku. Aku tersenyum sambil mengangguk.
“Kau…, Mengapa ada di sini ?”
“Aku menunggumu. Lama. Sekarang kau baru datang ?”
Kamu memalingkan pandangan pada matahari yang berhasil membujuk senja. Langit barat jadi jingga. Bulan hampir muncul di langit timur. Bayang-bayangmu menjadi pendek di tanah berserasah. Kini kau tahu, mimpi itu berwarna kan.
“Aku tak tahu kau menunggu.” Bisikmu pada udara yang dingin. Tentu saja kau tak pernah tahu. Aku tak mengatakannya sementara kau tak pernah membahasnya. Untuk apa kau tahu. Meski aku teramat ingin memberitahumu. Dahulu. Namun sekarang semua jadi percuma.
“Mengapa kau menungguku ?” Tanyamu yang membuatku tersenyum. Aku bahkan tak tahu mengapa aku melakukan hal sebodoh itu. Menunggu. Sementara kau tak pernah tahu aku menunggu. Hidupmu terlalu sempurna untuk kukacaukan dengan sebuah pengumuman tak penting bahwa aku menunggumu di sini. Aku tak ingin merusak kariermu yang mulai menanjak itu. Membuatmu berpaling dari segala kenikmatan hidup.
“Jika aku tahu, maka aku akan segera ke sini. Tak ingin membuatmu lama menunggu.” Kamu mulai bergerak mendekat. Perasaan yang dulu pernah ada terasa terulang kembali. Ingatkah kau, ketika kita mulai bertatapan di bawah sonokeling itu ? Lalu bibirmu tersenyum rikuh sementara buru-buru kubuang pandangan ke arah bangunan tua kampus kita. Kau tak pernah memberitahuku sesuatu, aku tak pernah bertanya. Segala ketidakpastian itu sungguh kunikmati. Namun kini aku ingin sebuah jawaban.
“Maksudmu ? Kau rela meninggalkan kariermu demi aku ?” Ragu-ragu kutanyakan itu. Tak berharap lebih mendapat jawaban yang memuaskan. Ketidakpastian ini bisa berakhir dengan sebuah kata ya atau tidak. Keduanya memang berbeda, tapi keduanya toh menjadi sesuatu yang pasti. Lantas aku akan berhenti bertanya-tanya.
“Iya.” Jawabmu tegas. Senyuman terlukis indah di wajahmu. Tanganmu meraih jemariku, dalam beberapa menit kita kehilangan kemampuan berbicara. Hanya mata yang saling menyatakan.
Lalu segala keindahan berubah tragedi. Langit mendadak bergemuruh, kilat datang menyambar. Tautan tangan kita terlepas. Di dalam kepanikan kudengar kau meneriakkan namaku. Mataku lamur. Hujan datang tiba-tiba dan menghebat. Lamat-lamat kulihat sosokmu telah terenggut dari hadapanku, meronta diculik langit. Lalu aku terpental dari dunia ini. Dunia mimpi berwarnamu.
******************************

Dokter berusaha sekuat tenaga menyelamatkanmu. Mesin pendeteksi detak jatung melagukan irama monoton yang lambat. Lalu berhenti di sebuah nada. Dokter dan perawat saling berpandangan lunglai merasakan kekecewaan yang berujung kesedihan. Aku yang berdiri di tepi ranjangmu mengusap titik air di ujung mataku. Mengapa harus berakhir di sini ? Sosokmu yang tak lagi utuh terbujur kaku dan mulai memucat.
Tiba-tiba kurasakan sebuah sentuhan. Lembut dan menenangkan. Kamu sudah berdiri di sampingku, tersenyum penuh kelegaan. Ekspresi kesakitan itu tak membekas di wajahmu yang bersih tanpa darah. Ragu-ragu aku membalas senyummu. Masih bingung menentukan sebuah rasa. Bahagia atau sedih.
“Kau sudah lama menunggu kan ? Ayo kita pergi membangun rumah idaman.”



35 komentar:

IWA MANIETS on 21 Januari 2010 pukul 20.32 mengatakan...

CERITA YANG MANTAP EUY:)))))

Thariq on 21 Januari 2010 pukul 22.03 mengatakan...

apakah ini kisah nyata?

oh ya linkmu dah nampang di blogku...jangan lupa link balik yah?
Makasih mbak Lina...salam kenal

7 taman langit on 21 Januari 2010 pukul 22.08 mengatakan...

salam sejahtera
cerita yang menarik
saya jadi terenyuh

Lina on 21 Januari 2010 pukul 22.17 mengatakan...

IWA MANIETS :
makasih Iwa.

Alrezamittariq :
baiklah, teman. makasih dah dipasang ya. link kamu juga udah terpasang di sini.

7 taman langit :
salam hangat juga,

nuranuraniku.blogspot.com on 21 Januari 2010 pukul 23.54 mengatakan...

salam sobat
wah kisahnya mba Lina ,benar kenyataan nich,,
kalau menunggu rasanya bosan,,apalagi sendiri, berdiri lagiii..jadi lama ya,,

mas leo on 22 Januari 2010 pukul 01.17 mengatakan...

salllllam lina..cerita nya muantap tenan...yang ngarang juga muantap enak

Unknown on 22 Januari 2010 pukul 01.34 mengatakan...

i aku juga mba lin sama micheal bubble..
tapi klo kopi itu baru belom bisa untuk suka, hehe

ceritanya SIp

wiyono on 22 Januari 2010 pukul 02.38 mengatakan...

hore... aku nemu yang ku cari dalam blog anda

@minumino on 22 Januari 2010 pukul 04.35 mengatakan...

mimpi memang berwarna,mari kita pastikan itu. karena Tuhan menciptakan dunia penuh warna, termasuk mimpi...

menunggu....hmmmh...kisah yg g akan pernah usai ya :)

thx for coming, i follow u yaa :)

Etha on 22 Januari 2010 pukul 04.48 mengatakan...

ini ceritanya meninggal semua yaa???

kok sedih amat ceritanya ...

harto on 22 Januari 2010 pukul 06.01 mengatakan...

ini kisah nyatanya Mba Lina yaaa... asyik juga yaa sampai terbawa hanyut akan cerita tsb.

Unknown on 22 Januari 2010 pukul 07.12 mengatakan...

akhirnya happy ending yah ? bersatu khan meski bukan dikehidupan nyata ???

M Mursyid PW on 22 Januari 2010 pukul 08.23 mengatakan...

Ceritanya ngingetin ketika masa muda.
Salam hangat dari Pekalongan.

Seti@wan Dirgant@Ra on 23 Januari 2010 pukul 00.13 mengatakan...

Mantep banget..
Ending ceritanya membuat saya menerawang.

7 taman langit on 23 Januari 2010 pukul 01.50 mengatakan...

salam sejahtera
mohon maaf mo nanya awardnya diambil dimana ya?
tolong dibalas di blogku
please

Itja Soerjo on 23 Januari 2010 pukul 02.04 mengatakan...

Rangkaian Kata2nya sungguh indah Mbak ^___^
tapi kok ceritanya mati semua??? ahhhh nggak seruuu ahhh -_-' coba dibuat diculik alien ato apa ending storynya, hehehehe, becanda lhooo mbak b^_^d

Kang Sugeng on 23 Januari 2010 pukul 06.37 mengatakan...

Beneran ni kisah nyata? Buagus banget Non... ceritanya, mantab

Handika Aditya on 23 Januari 2010 pukul 06.55 mengatakan...

ahhh... sedihnya ngebaca tulisan ini...
kenapa bukan dokternya aja yg terbujur kaku?! hu hu...

*keep writting :)

Unknown on 23 Januari 2010 pukul 07.05 mengatakan...

Rangkaian kata-katanya bagus banget..sehingga menghasilkan sebuah cerita yang indah. Salam kenal

another story from me on 23 Januari 2010 pukul 12.45 mengatakan...

keren nihh blognya
tp kelebaran kayaknya

liudin on 23 Januari 2010 pukul 12.52 mengatakan...

"mbak blognya error...waktu dibuka melalui firefox. atau memang tampilannya demikian"

bagi saya cerita ini seperti mengingatkan kita bahwa ada kehidupan yang lain setelah kematian

Syifa Ahira on 23 Januari 2010 pukul 19.29 mengatakan...

doh.. merinding bacanya..
salut buat gayamu menulis..
ya, pilihan katanya..
ya, rangkaian ceritanya..
jadi terhanyut..
ayo lin.. mana novelmu.. :D

moenas on 23 Januari 2010 pukul 19.34 mengatakan...

hik,,,hik,, jadi sedih neh

Yolizz on 24 Januari 2010 pukul 06.36 mengatakan...

aku paling ga suka disuruh menunggu,, huhuhu...

kalo cinta bisa menunggu ga yah?!

nurrahman on 24 Januari 2010 pukul 15.43 mengatakan...

penuh penghayatan :D

trik tios bisnis online on 24 Januari 2010 pukul 18.39 mengatakan...

jenuh mbak kalo disuruh nunggu...salam knal ya

Hot Moment on 26 Januari 2010 pukul 01.45 mengatakan...

link udah terpasang... siaaap pasang link saya pakai anchor text Hot Moment

Miawruu on 27 Januari 2010 pukul 02.55 mengatakan...

deskripsinya manthapssss banget

Vamps on 27 Januari 2010 pukul 02.56 mengatakan...

masih bingung ma akhor cerotanya, cowoknya mati apa hidup sih diakhir cerita???? but overall i like it

Kang Sugeng on 27 Januari 2010 pukul 20.17 mengatakan...

wuaaaaah... keren banget Lin ceritanya, romantis melankolis, tapi akhirnya gimana tuh...? sedikit ndak mudeng saya

nuranuraniku.blogspot.com on 28 Januari 2010 pukul 09.16 mengatakan...

salam sobat
masih menunggu mba LINA????
trims sudah berkunjung di syukuran blog saya disana ya,,

Dokter Leo on 28 Januari 2010 pukul 21.25 mengatakan...

menunggu mbah lina yang manis.ini
dari mas leo..mantapppppooo ohoho

Slamet Riyadi on 15 Februari 2010 pukul 00.37 mengatakan...

linkku dah daipasang lum ya? hehe

Khalila on 7 Maret 2014 pukul 13.19 mengatakan...

it's very nice post.. thank you for your helpful and informative content
ciri-ciri sipilis
sipilis pada pria
obat penyakit sipilis
penyebab penyakit sipilis
obat sipilis

Khalila on 14 Maret 2014 pukul 23.07 mengatakan...

Obat Kutil Kelamin
Obat Kutil Kelamin Ampuh
Obat Kutil Kelamin Herbal
Obat Penyakit Kutil Kelamin
Cara Mengobati Kutil Kelamin

 

Followers

Ads Banner

Mengenai Saya

Foto saya
female. environmentalist wannabe. happy as always. open minded. casual ways. simple. impulsive buyer. dreamer. movie freak. book addicted. sometime talk active, sometime being a silent one. always try to pursue life goals and being thankful for every ordinary miracle in life.
Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template Vector by DaPino