Setengah satu lewat. Saat tanganmu menggeliat, menggapai dunia mimpi hitam putih. Ataukah berwarna ? Ingat, waktu itu kita pernah berdebat mengenai ini di bawah sonokeling kampus. Mimpi itu hitam putih, katamu. Tidak, mimpi itu berwarna, bantahku. Nyatanya saat bermimpi kita lupa untuk memastikan itu.
Kini aku di sini, berdiri di tepi mimpimu. Pepohonan berbatang hitam, dedaunan menguning, langit sewarna timah, tanah tertutup rumput basah dan kau berdiri menghadap barat. Matahari gelisah membujuk senja supaya lekas tiba. Burung-burung terbang rendah berkicau meriah. Kau diam kebingungan, mengenali lingkungan yang asing ini. Taukah kau, aku sering menantimu di sini. Sendiri. Berkali-kali.
Matamu belum menemukan sosokku. Perlahan kuberjalan menujumu dari arah belakang punggungmu. Mungkin kau akan terkejut melihatku, mungkin juga biasa saja. Siapa yang benar-benar tahu isi hatimu. Siapa yang benar-benar bisa menduga yang sesungguhnya. Selamanya kau selalu menjadi teka-teki yang enggan kuselesaikan. Segalanya kadang indah saat menjadi misteri. Dengan begitu aku puas merasai sensasi setiap kali bertanya-tanya tentangmu.
“Dini…”
Kau menyebut namaku selembut desau angin. Matamu membelalak saat menyadari keberadaanku. Aku tersenyum sambil mengangguk.
“Kau…, Mengapa ada di sini ?”
“Aku menunggumu. Lama. Sekarang kau baru datang ?”
Kamu memalingkan pandangan pada matahari yang berhasil membujuk senja. Langit barat jadi jingga. Bulan hampir muncul di langit timur. Bayang-bayangmu menjadi pendek di tanah berserasah. Kini kau tahu, mimpi itu berwarna kan.
“Aku tak tahu kau menunggu.” Bisikmu pada udara yang dingin. Tentu saja kau tak pernah tahu. Aku tak mengatakannya sementara kau tak pernah membahasnya. Untuk apa kau tahu. Meski aku teramat ingin memberitahumu. Dahulu. Namun sekarang semua jadi percuma.
“Mengapa kau menungguku ?” Tanyamu yang membuatku tersenyum. Aku bahkan tak tahu mengapa aku melakukan hal sebodoh itu. Menunggu. Sementara kau tak pernah tahu aku menunggu. Hidupmu terlalu sempurna untuk kukacaukan dengan sebuah pengumuman tak penting bahwa aku menunggumu di sini. Aku tak ingin merusak kariermu yang mulai menanjak itu. Membuatmu berpaling dari segala kenikmatan hidup.
“Jika aku tahu, maka aku akan segera ke sini. Tak ingin membuatmu lama menunggu.” Kamu mulai bergerak mendekat. Perasaan yang dulu pernah ada terasa terulang kembali. Ingatkah kau, ketika kita mulai bertatapan di bawah sonokeling itu ? Lalu bibirmu tersenyum rikuh sementara buru-buru kubuang pandangan ke arah bangunan tua kampus kita. Kau tak pernah memberitahuku sesuatu, aku tak pernah bertanya. Segala ketidakpastian itu sungguh kunikmati. Namun kini aku ingin sebuah jawaban.
“Maksudmu ? Kau rela meninggalkan kariermu demi aku ?” Ragu-ragu kutanyakan itu. Tak berharap lebih mendapat jawaban yang memuaskan. Ketidakpastian ini bisa berakhir dengan sebuah kata ya atau tidak. Keduanya memang berbeda, tapi keduanya toh menjadi sesuatu yang pasti. Lantas aku akan berhenti bertanya-tanya.
“Iya.” Jawabmu tegas. Senyuman terlukis indah di wajahmu. Tanganmu meraih jemariku, dalam beberapa menit kita kehilangan kemampuan berbicara. Hanya mata yang saling menyatakan.
Lalu segala keindahan berubah tragedi. Langit mendadak bergemuruh, kilat datang menyambar. Tautan tangan kita terlepas. Di dalam kepanikan kudengar kau meneriakkan namaku. Mataku lamur. Hujan datang tiba-tiba dan menghebat. Lamat-lamat kulihat sosokmu telah terenggut dari hadapanku, meronta diculik langit. Lalu aku terpental dari dunia ini. Dunia mimpi berwarnamu.
******************************
Dokter berusaha sekuat tenaga menyelamatkanmu. Mesin pendeteksi detak jatung melagukan irama monoton yang lambat. Lalu berhenti di sebuah nada. Dokter dan perawat saling berpandangan lunglai merasakan kekecewaan yang berujung kesedihan. Aku yang berdiri di tepi ranjangmu mengusap titik air di ujung mataku. Mengapa harus berakhir di sini ? Sosokmu yang tak lagi utuh terbujur kaku dan mulai memucat.
Dokter berusaha sekuat tenaga menyelamatkanmu. Mesin pendeteksi detak jatung melagukan irama monoton yang lambat. Lalu berhenti di sebuah nada. Dokter dan perawat saling berpandangan lunglai merasakan kekecewaan yang berujung kesedihan. Aku yang berdiri di tepi ranjangmu mengusap titik air di ujung mataku. Mengapa harus berakhir di sini ? Sosokmu yang tak lagi utuh terbujur kaku dan mulai memucat.
Tiba-tiba kurasakan sebuah sentuhan. Lembut dan menenangkan. Kamu sudah berdiri di sampingku, tersenyum penuh kelegaan. Ekspresi kesakitan itu tak membekas di wajahmu yang bersih tanpa darah. Ragu-ragu aku membalas senyummu. Masih bingung menentukan sebuah rasa. Bahagia atau sedih.
“Kau sudah lama menunggu kan ? Ayo kita pergi membangun rumah idaman.”
35 komentar:
CERITA YANG MANTAP EUY:)))))
apakah ini kisah nyata?
oh ya linkmu dah nampang di blogku...jangan lupa link balik yah?
Makasih mbak Lina...salam kenal
salam sejahtera
cerita yang menarik
saya jadi terenyuh
IWA MANIETS :
makasih Iwa.
Alrezamittariq :
baiklah, teman. makasih dah dipasang ya. link kamu juga udah terpasang di sini.
7 taman langit :
salam hangat juga,
salam sobat
wah kisahnya mba Lina ,benar kenyataan nich,,
kalau menunggu rasanya bosan,,apalagi sendiri, berdiri lagiii..jadi lama ya,,
salllllam lina..cerita nya muantap tenan...yang ngarang juga muantap enak
i aku juga mba lin sama micheal bubble..
tapi klo kopi itu baru belom bisa untuk suka, hehe
ceritanya SIp
hore... aku nemu yang ku cari dalam blog anda
mimpi memang berwarna,mari kita pastikan itu. karena Tuhan menciptakan dunia penuh warna, termasuk mimpi...
menunggu....hmmmh...kisah yg g akan pernah usai ya :)
thx for coming, i follow u yaa :)
ini ceritanya meninggal semua yaa???
kok sedih amat ceritanya ...
ini kisah nyatanya Mba Lina yaaa... asyik juga yaa sampai terbawa hanyut akan cerita tsb.
akhirnya happy ending yah ? bersatu khan meski bukan dikehidupan nyata ???
Ceritanya ngingetin ketika masa muda.
Salam hangat dari Pekalongan.
Mantep banget..
Ending ceritanya membuat saya menerawang.
salam sejahtera
mohon maaf mo nanya awardnya diambil dimana ya?
tolong dibalas di blogku
please
Rangkaian Kata2nya sungguh indah Mbak ^___^
tapi kok ceritanya mati semua??? ahhhh nggak seruuu ahhh -_-' coba dibuat diculik alien ato apa ending storynya, hehehehe, becanda lhooo mbak b^_^d
Beneran ni kisah nyata? Buagus banget Non... ceritanya, mantab
ahhh... sedihnya ngebaca tulisan ini...
kenapa bukan dokternya aja yg terbujur kaku?! hu hu...
*keep writting :)
Rangkaian kata-katanya bagus banget..sehingga menghasilkan sebuah cerita yang indah. Salam kenal
keren nihh blognya
tp kelebaran kayaknya
"mbak blognya error...waktu dibuka melalui firefox. atau memang tampilannya demikian"
bagi saya cerita ini seperti mengingatkan kita bahwa ada kehidupan yang lain setelah kematian
doh.. merinding bacanya..
salut buat gayamu menulis..
ya, pilihan katanya..
ya, rangkaian ceritanya..
jadi terhanyut..
ayo lin.. mana novelmu.. :D
hik,,,hik,, jadi sedih neh
aku paling ga suka disuruh menunggu,, huhuhu...
kalo cinta bisa menunggu ga yah?!
penuh penghayatan :D
jenuh mbak kalo disuruh nunggu...salam knal ya
link udah terpasang... siaaap pasang link saya pakai anchor text Hot Moment
deskripsinya manthapssss banget
masih bingung ma akhor cerotanya, cowoknya mati apa hidup sih diakhir cerita???? but overall i like it
wuaaaaah... keren banget Lin ceritanya, romantis melankolis, tapi akhirnya gimana tuh...? sedikit ndak mudeng saya
salam sobat
masih menunggu mba LINA????
trims sudah berkunjung di syukuran blog saya disana ya,,
menunggu mbah lina yang manis.ini
dari mas leo..mantapppppooo ohoho
linkku dah daipasang lum ya? hehe
it's very nice post.. thank you for your helpful and informative content
ciri-ciri sipilis
sipilis pada pria
obat penyakit sipilis
penyebab penyakit sipilis
obat sipilis
Obat Kutil Kelamin
Obat Kutil Kelamin Ampuh
Obat Kutil Kelamin Herbal
Obat Penyakit Kutil Kelamin
Cara Mengobati Kutil Kelamin
Posting Komentar