Kamis, 18 Februari 2010

Gadis Penolongku

Sudahkan aku bercerita padamu ? Tentang seorang gadis penolongku ? Rasanya belum, ya…, seingatku memang belum. Atau sudah ? Ah, entahlah…pikiranku jadi kacau dua hari ini, sejak aku jatuh pingsan lalu tergelatak di rumah sakit dengan suhu badan ekstrim. Rasanya seperti ada seseorang yang membakar tempat tidurku. Panasnya nyata. Namun kobaran apinya hanya ada dalam imajiku, kadang timbul tenggelam dalam mimpiku. Mimpi yang kukira nyata. Nyata yang kukira mimpi. Betapa tersiksanya saat kau berada dalam dunia antara, bukan mimpi bukan pula nyata. Dunia dimana makhluk halus itu tinggal. Kadang aku mendengar mereka saling bercerita di dekat telingaku, dengan tema yang tak kutahu. 
 

Semalam, kusangka aku mendengar percakapan semacam itu lagi. Percakapan di dunia antara. Tapi, ternyata percakapan itu benar-benar terjadi di dunia nyataku. Gadis penolongku itu datang, ditemani seorang temannya yang tak kukenal. Mereka berbincang lirih sementara aku berusaha melawan rasa kantuk dan perih. Aku hanya bisa mengingat sepotong-sepotong, tentang ujian, tentang ujan, tentang orang tua, tentang dokter, tentang aku, tentang penyakitku…dan entah apalagi. Lalu aku benar-benar tertidur pulas hingga jam tiga pagi. Ketika aku terbangun, mereka sudah tak ada lagi. Satu-satunya hal yang mengingatkanku pada kedatangannya adalah arlojinya yang tertinggal di meja. 
 
Gadis penolongku itu bernama Keisya. Dia mengingatkanku pada ibu yang sudah meninggal ketika aku berumur sepuluh tahun. Cara dia berbicara, cara dia memandangku, cara dia menggelengkan kepala, mengingatkanku pada ibu. Kadang aku bertanya-tanya, apakah ibu pernah melahirkan anak selain aku ? Mengapa ada orang yang sedemikian mirip dengan ibu, padahal tak ada hubungan darah setetes pun ? Aku yakin itu, sebab berkali-kali kutanya pada ayah, apakah aku punya adik ? Ayah hanya menggeleng tanpa memberikan sepatah kata penjelasnya. 
 
Keberadaannya di sekitarku selama dua hari ini sungguh menenangkanku. Meskipun itu justru membuatku semakin merindu ibu. Kemarin, aku bertemu ibu di mimpi. Dia menyuapiku, membantuku meminum obat, menepuk punggungku sebelum tidur lalu pergi lagi. Di dalam mimpiku aku terbangun, berteriak memanggil ibu, tapi yang kutemukan hanya ruangan putih hampa dan dingin. Ibu tak ada, bahkan dalam mimpiku pun dia tak bisa lama menemani. Lalu aku terbangun, keringat dingin membanjiri tubuhku. Gadis penolongku itu tersenyum, membuatku sedikit tenang. Dia memberiku minum, membenarkan selimutku, lalu menyuruhku tidur lagi. 
 
Siang ini, dia pasti sedang sibuk di kampus. Aku merasa kesepian di kamar monokrom ini. Aku merindukan ibu, aku merindukan Keisya. Kuharap malam nanti dia datang lagi menjengukku. Meskipun kami tak banyak mengobrol, tapi kehadirannya sungguh menyemarakkan hariku. Dia akan duduk di kursi itu sambil membaca buku. Aku hanya diam memandangnya. Kadang berharap dia adalah ibu. Ah, harapan macam apa itu……
 
 
PS : ini adalah lanjutan dari cerita fiksi yang di sini 

Rabu, 17 Februari 2010

Sekedar Update

Sudah lama ya, saya tidak apdet blog ini. Alasan klise, ada yang dikerjain sih. Lagipula memang sedang tidak punya ide menulis fiksi. So, apa kabar Sahabat semua ? Semoga sehat selalu ya. Terima kasih loh ya, udah bersedia berkunjung ke sini. Oya, terima kasih juga saya sampaikan buat semua teman yang sudah memberi award. Tapi, dari hati terdalam, mohon maaf banget….dipajangnya nanti aja ya, sekalian jadi satu. Sekarang belum sempat merapikan file awardnya. Mohon dimaklumi. Hehehe…..
Nah, terus gimana dong dengan sambungan cerita kemarin itu ? Hem….berhubung sekarang juga sedang tidak dalam kondisi fit untuk menulis, jadi di postingan berikutnya saja dilanjutkan. Haduh…makin banyak nih peernya. Ya sudahlah, tak apa.
Supaya postingan kali ini nggak kosong melompong dan garing ring ring, saya mau pajang gambar-gambar lucu hasil googling aja yak. Semoga bisa ngilangin bête……





 




  

 

Lucu nggak sih ? Nggak ya ? Haha, ya sudahlah....
Yang penting, Hava a nice day..............

Kamis, 28 Januari 2010

Sebuah Awalan


Kampus cerah ceria hari ini. Langit tidak mendung seperti kemarin. Daun-daun sonokeling terserak menutupi jalanan beraspal kampus yang lengang. Masih pukul tujuh pagi, tapi berani taruhan, Pak Hendarto pasti sudah berdiri di kelas. Sementara anak-anak sedang berusaha keras memperlebar bola matanya, mengenyahkan rasa kantuk.
Aku ? Lagi-lagi terlambat. Tadi malam mengedit laporan hingga jam tiga pagi. Hari ini laporan itu harus dikumpulkan sebelum jam dua belas siang di laboratorium ekologi. Jika terlambat, konsekuensinya cukup mengerikan. Pengurangan nilai laporan sebesar 50%. Kejam.
Pintu laboratorium masih terkunci. Bu Laila, sang laboran, pasti belum datang. Kutunggu saja di depan sini sambil menuntaskan membaca Dunia Sophie yang kutemukan di toko buku kampus kemarin siang. Ketika sampai di halaman 113, kudengar suara langkah kaki. Saat kepalaku mendongak, kutemukan seseorang berbaju flannel kotak-kotak, rambutnya acak, matanya bengkak dan mungkin belum mandi.
“Hai Ke…” Suaranya berat, menyapaku tanpa semangat. Aku tersenyum, rupanya nasib kami tak jauh berbeda.
“Laporan ?” Tanyaku, begitu melihat lembaran kertas berjilid di tangannya. Dia mengangguk lemah, lalu duduk di sampingku.
“Ngantuk….” Katanya sambil setengah merem. Aku memandang sisi kiri wajahnya. Ada satu jerawat di sana. Hampir pecah.
“Belum mandi ?” Tanyaku iseng. Dia mengangguk. Sepertinya aku tak akan bertanya-tanya lagi. Matanya sudah terpejam. Kepalanya menyandar ke dinding. Hembusan napasnya mengusir keheningan pagi ini. Aku melanjutkan membaca lagi.
Setengah jam kemudian, terdengar suara ketukan sepatu wanita, semakin lama semakin mendekat. Semoga itu Bu Laila. Ternyata benar. Saat melihatku, wanita separuh baya itu tersenyum sambil menunjuk orang di sebelahku yang tertidur pulas. Aku hanya tersenyum.  
“Mau ngumpulin laporan ?” Tanya Bu Laila. Aku pun mengangguk sambil berdiri menyerahkan laporan itu.
“Punya temannya mau dikumpulin sekalian nggak, Ke ?”
“Sebentar ya, Bu. Saya bangunkan dia dulu.”
Pelan-pelan kusentuh bahunya. Satu menit berlalu dan dia tidak bangun juga. Bu Laila sudah masuk ke laboratorium. Aku masih mencoba membangunkannya lagi. Tak sengaja tangannya tersentuh olehku. Dingin sekali. Saat mengamati wajahnya aku baru tersadar, wajahnya pucat pasi. Seketika itu juga, aku berlari memanggil Bu Laila.  
 Dilanjutin besok ah…....
 

Followers

Ads Banner

Mengenai Saya

Foto saya
female. environmentalist wannabe. happy as always. open minded. casual ways. simple. impulsive buyer. dreamer. movie freak. book addicted. sometime talk active, sometime being a silent one. always try to pursue life goals and being thankful for every ordinary miracle in life.
Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template Vector by DaPino